Seperti yang sudah tertera dan dikemukakan dalam preambule UUD 1945. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan salah satu negara yang menganut sistem politik luar negeri bebas aktif karena sesuai dengan landasan negara Pancasila dan UUD 1945.
Baca juga : Aspek-aspek yang Menjadi Landasan Politik Luar Negeri di Indonesia
Bebas dalam politik luar negeri memiliki makna negara tidak terikat dengan kekuatan dan ideologi negara lain atau manapun. Sedangkan aktif berarti negara Indonesia senantiasa berpartisipasi secara proaktif dalam agenda dan kegiatan global yang sesuai dengan landasan negara Pancasila dan UUD 1945. Berikut ini bentuk-bentuk partisipasi Indonesia sebagai negara dengan politik luar negeri yang bebas dan aktif.
Bentuk Partisipatif Politik Luar Negeri Bebas Aktif Indonesia
Konferensi Asia Afrika
Pada konferensi ini Indonesia memegang peran penting sebagai tuan rumah konferensi pertama Asia Afrika. Dihadiri 29 negara yang sepakat untuk perjanjian ekonomi yang menentang segala bentuk penindasan dan kolonialisme.
Seiring berjalannya waktu konferensi yang salah satu penggagasnya adalah putra Indonesia tersebut kemudian berkembanga dan bertambah keanggotaannya. Konferensi ini menjadi aktivitas politik luar negeri bebas aktif pertama bagi bangsa Indonesia yang kemudian menjadi sejarah awal berbagai hubungan bilateral lainnya.
Pada tahun 1955 Indonesia yang masih tergolong negara baru merdeka kemudian mempelopori asosiasi sesama negara baru merdeka dan berkembang lainnya di Asia Afrika bersama empat pelopor dari negara lainnya.
Konferensi tersebut membentuk perserikatan dengan program kerjasama di banyak sektor untuk bersama-sama saling memajukan satu sama lain. Sebagai negara yang turut merasakan perjuangan demi kemerdekaan Indonesia, Pakistan, India, Srilanka dan Myanmar kemudian merumuskan konferensi yang diselenggarakan di Bandung tersebut.
Aktivis Konflik Palestina dan Israel
Sebagai negara dengan mayoritas muslim terbesar di dunia konflik yang terjadi di jazirah Palestina dan Israel menjadi perhatian mendalam bagi masyarakat dan pemerintah Indonesia. Konflik berkepanjangan tersebut terus diupayakan penengah dan jalan damainya oleh pemerintah dan politik luar negeri.
Bahkan Indonesia secara aktif mengikuti isu-isu menyangkut konflik Palestina Israel demi membantu saudara muslim di Palestina. Kesadaran masyarakat dan pemerintah akan isu-isu internasional turut mengkontribusikan sejumlah bantuan untuk mengurangi beban Palestina atas konflik tersebut.
Kontingen Garuda
Semenjak pengakuan kemerdekaan Indonesia oleh negara-negara dari perserikatan negara Arab. Sebagai timbal balik Indonesia dengan aktif hingga saat ini mengirimkan pasukan yang disebut Kontingen Garuda sebagai pembantu perdamaian PBB di berbagai daerah rawan konflik di timur tengah dan Mesir.
Kontingen Garuda kemudian menjadi anggota aktif penjaga perdamaian bersama kontingen negara lainnya di bawah naungan PBB. Kontingen Garuda sendiri telah banyak berkontribusi dalam menjaga perdamaian di banyak daerah rawan konflik lainnya di penjuru dunia demi mengamalkan landasan negara Pancasila.
Tahun 1960, Kongo menjadi salah satu negara baru merdeka dengan banyak konflik yang memakan korban masyarakat lokal. Melihat kondisi tersebut sebagai salah satu anggota perdamaian aktif di PBB Indonesia kemudian mengerahkan Kontingen Garuda II untuk meredakan konflik di Kongo dan mendistribusikan bantuan dari penjuru dunia kepada masyarakat Kongo.
Politik luar negeri bebas aktif bangsa Indonesia direpresentasikan dengan sangat baik dengan tidak mengambil keuntungan atas situasi konflik namun berusaha meredakan konflik yang tengah berlangsung.
Pada konflik kedua yang pecah di Kongo, Indonesia kembali mengirimkan pasukan kontingen Garuda III pada tahun 1962. Pada tahun tersebut kontingen yang dikirimkan merupakan jumlah terbesar dari berbagai partisipasi kontingen Garuda untuk menjaga perdamaian lainnya.
Hal ini disebabkan karena kuantitas konfliknya yang juga jauh lebih besar dan kerugian yang ditimbulkan kepada masyarakat lokal juga jauh lebih serius. Sebagai penjaga perdamaian dunia PBB dan berlandaskan pada ideologi kemanusiaan yang adil dan beradab Indonesia tidak bisa tinggal diam dan menonton peristiwa kemanusiaan tersebut baik yang terjadi di Kongo maupun di Palestina.
Gerakan Non-Blok pada 1961
Gerakan non blok yang dipelopori oleh beberapa negara dan Indonesia menjadi tolok ukur sejarah partisipasi politik luar negeri bebas aktif Indonesia dalam dunia internasional.
Tahun 1960 yang merupakan momentum perang dingin antara Soviet dan Amerika kemudian dijadikan sebagai landasan penjelas bahwa beberapa negara termasuk Indonesia tidak memihak siapapun di antara kedua negara adidaya tersebut. Terbentuklah gerakan non blok untuk menghindari potensi keterlibatan atas konflik tersebut serta menghindari sikap-sikap yang akan sangat menyimpang dari landasan negara Pancasila.
Organisasi Kerja Sama Islam
OKI atau organisasi kerjasama antar negara muslim di seluruh dunia dimana Indonesia turut andil dalam berdirinya asosiasi tersebut dan secara aktif berkontribusi membangun hubungan kerjasama bilateral dengan berbagai negara sesama muslim di seluruh dunia. Selain karena mayoritas masyarakat Indonesia merupakan kaum muslim kerjasama ini dibentuk demi mengakuisisi perekonomian yang lebih baik dan stabil dengan negara-negara muslim yang lebih besar lainnya dalam skala perekonomian.
- APEC
APEC merupakan perserikatan forum kerjasama dalam berbagai aspek terutama perekonomian bagi seluruh negara di Asia Pasifik. Indonesia sejauh ini telah menjunjung banyak aspek politik luar negeri bebas aktif dengan berkontribusi dalam berdirinya perserikatan negara-negara yang penting bagi kemajuan bersama salah satunya APEC. APEC berdiri secara resmi pada tahun 1989 melalui gagasan para perwakilan negara-negara di forum ASEAN yang kemudian keanggotaannya bertambah seiring waktu bersamaan dengan negara-negara lainnya di area Asia Pasifik . APEC sendiri secara dinamis dan berkelanjutan terus menjembatani banyak kerjasama Indonesia dengan negara-negara di Asia Pasifik sehingga membuka banyak peluang bilateral yang saling menguntungkan kedua negara.
- ASEAN
Indonesia sebagai satu dari tiga negara besar di ASEAN atau Asia Tenggara. Selain sebagai pelopor pendirinya koalisi ini Indonesia juga turut serta secara aktif dalam berbagai kerjasama ASEAN, program-program kemajuan bersama, pertukaran tenaga kerja hingga musim olahraga ASEAN. Semua hal yang berkaitan dengan aktivitas dan kegiatan bersama masyarakat ASEAN menjadi antusiasme tersendiri bagi masyarakat Indonesia yang telah secara aktif pula ikut melaksanakan politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif.
- Kontingen Garuda IV
Sebagai salah satu negara juru perdamaian dunia di PBB kontribusi Indonesia dan Kontingen Garudanya sudah tidak perlu diragukan lagi sebagai bentuk kontribusi politik luar negeri aktif. Pada tahun 1970 perang lokal di Vietnam pecah menjadi salah satu peristiwa konflik terlama antara kubu ideologi komunis dan liberal. Peristiwa kemanusiaan yang telah merenggut banyak nyawa masyarakat Vietnam tersebut justru dimanfaatkan oleh pihak-pihak adidaya sebagai bentuk devide et impera mereka terhadap negara berkembang.
Kondisi sama sekali tidak membaik tersebut kemudian diintervensi oleh PBB seperti halnya berbagai konflik berkepanjangan lainnya dimana Kontingen Garuda kemudian ikut berkontribusi di dalamnya untuk meredakan konflik. Pasukan kontingen garuda IV kemudian dikirim ke Vietnam untuk menolong masyarakat lokal terutama anak-anak yang menjadi korban ganasnya sebuah konflik. Banyak dari anak-anak dan keluarga yang kemudian dievakuasi dari lokasi konflik dan yang menjadi perhatian terbesar masyarakat Indonesia mayoritas korban merupakan minoritas muslim di Vietnam.